Model Pembelajaran Kooperatif

Agustin Tika Maya_at Group 3

  1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

             Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat  penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran.  Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif.

 

Apakah model pembelajaran kooperatif  itu? Model pembelajaran kooperatif  merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.

 

   Kelompok yang dimaksud bukanlah semata-mata sekumpulan orang tetapi di dalam kelompok tersebut harus terdapat interaksi, mempunyai tujuan, berstruktur dan groupness (Suprijono, 2009: 57). Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson (Suprijono, 2009:58) mengemukakan bahwa ada lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu:

  1. Positive interdependence ( saling ketergantungan positif )
  2. Personal responsibility ( tanggungjawab perseorangan )
  3. Face to face promotive interaction ( interaksi promotif )
  4. Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota )
  5. Group processing ( pemrosesan kelompok )

Pembelajarn kooperatif ini merupakan model pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (Sanjaya, 2008:242 ) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri oranglain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini ,memiliki kelemahan.

 

Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif adalah :

  • Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar
  • Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang dan rendah. 
  • Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda. 
  • Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu (Ibrahim. dkk, 2000 : 6).

 

Ada beberapa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu:

  1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
  2. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
  3. Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah
  4. Memperbaiki kehadiran 
  5. Angka putus sekolah menjadi rendah
  6. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
  7. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
  8. Konflik antar pribadi berkurang
  9. Sikap apatis berkurang
  10. Pemahaman yang lebih mendalam
  11. Motivasi lebih besar
  12. Hasil belajar lebih tinggi 
  13. Retensi lebih lama
  14. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

 

Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

  1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakandalam kelompoknya.
  2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggotakelompok mempunyai tujuan yang sama.
  3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
  4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
  5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
  6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

 

  1. B.    SINTAK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Tabel 1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif

FASE – FASE

PERILAKU GURU

Fase 1 : present goals and set

Menyampaikan tujuan dan memper siapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.

Fase 2 : present information

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada paserta didik secara verbal.

Fase 3 : organize students into learning teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim – tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.

Fase  4 : assist team work and study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim- tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.

 

Fase 5 : test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok- kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

 Fase 6 : provide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

 

 

Adapun prosedur pembelajaran koooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap ( Sanjaya, 2006: 248 ), yaitu :

  1. Penjelasan materi

Tahap penjelasan materi diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang pelajran yang harus dikuasai dan selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam kelompok (tim).

  1. Belajar dalam kelompok

Setelah guru memberikan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar dalm kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya.

  1. Penilaian

Penilaian dalm pembelajran kooperatif dapat dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan secara individual maupun kelompok.

  1. Pengakuan tim

Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap menonjol atau paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan atau penghargaan tersebut diharapakan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

 

  1. C.    TEKNIK – TEKNIK PEMBELAJARAN KOOPERATIF 
    1. 1.    Metode STAD (Student Achievement Divisions) 

STAD ( Student Team Achievment Division ) dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekan sejawatnya di Johns Hopkins University dan merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan metode yang sangat mudah diterapkan dalam pembelajaran MIPA. Seperti dalam kebanyakan model pembelajarn kooperatif lainnya, model STAD didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan tanggungjawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri.

Dalam model STAD kelompok terdiri atas empat sampai lima siswa yang mewakili keseimbangan kelas dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras. Kelompok merupakan tampilan yang paling penting dalam STAD dan penting pula bagi guru dalam rangka mengarahkan anggota masing-masing kelompok.

Penerapan model pembelajaran koopratif tipe STAD merujuk pada konsep Slavin ( 2008 ) yang terdiri dari lima komponen utama/langkah yaitu : presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Komponen atau langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

  1. 1.      Tahap Penyajian Materi / Presentasi Kelas

Kegiatan penyajian materi dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD pertama-tama dikenalkan dalam presentasi di kelas yang dilakukan oleh guru dengan metode ceramah, demonstrasi atau diskusi, tetapi juga bisa memasukkan presentasi audisional. Slavin ( 2008 : 144 ) mengungkapkan bahwa “Perbedaan presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah berfokus pada unit-unit STAD”. Dengan cara ini, siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selam apresentasi kelas, karena dengan demikian akan membantu mereka mengerjakan kuis-kuis dan skor yang menentukan skor tim mereka.

Lebih jelasnya bahwa pada tahap ini guru memulai denagn menyampaikan tujuan pembelajaran khusus dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akna dipelajari. Dilanjutkan dengan memberi apersepsi dengan tujuan mengingatkan siswa tentang materi pra syarat yang telah dipelajari agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajiakn dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

  1. 2.      Tahap Kerja Kelompok / Tim

Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap pointnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim harus melakukan yang tebaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim terdiri dari empat sampai lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnitas. Fungsi utama dari ti ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi adalah mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. “Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu , saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman siswa masing-masing” (Slavin, 2008 : 4).

Tahap kerja kelompok ini merupakan tahapan yang paling penting dan merupakan ciri khas dari model STAD. Kerja kelompok ini memerlukan satu atau dua jam pelajaran untuk masing-masing kelompok menuntaskan materi yang telah diberikan. Anggota kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan LKS yang telah disiapkan dan guru perlu memeriksa bahwa setiap anggota kelompok dapat menjawab semua pertanyaan dalam LKS. Guru perlu memotivasi siswa dalam kelompok untuk saling bekerja sama karena dari tahap ini siswa akan saling mengajari dan belajar dsari temannya. Dalam tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Sehingga untuk membantu proses ini, guru bekeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain sambil mengajukan pertanyaan dan memotivasi siswa untuk menjelaskan jawabannya.

  1. 3.      Kuis

Pada tahap ini guru menyelenggarakan tes unttuk mengukur pengetahuan yang diperoleh siswa dalam bentuk sebuah kuis. Kuis ini dilakukan sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik dalam tim. “Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis, sehingga tiap siswa bertanggungjawab secar individual untuk memahami materi” ( Slavin, 2008:144 ).

  1. 4.      Skor Kemajuan Individual

Skor perkembangan individu diperoleh dari perbandingan antara skor awal(pretest) sebelum diadakan pembelajaran dengan skor yang diperoleh siswa setelah diadakanan pembelajaran model kooperatif tipe STAD (posttest). Berdasarkan pretest siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya.

Tabel

Kriteria pemberian skor perkembangan individu

No.

Skor tes

Skor perkembangan

1

Lebih dari 10 point di bawah skor awal

5

2

Antara 10 sampai 1 point di bawah skor awal

10

3

Skor awal sampai 10 point di atas skor awal

20

4

Lebih dari 10 point di atas skor awal

30

5

Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal)

30

Sumber : Slavin ( 2008: 159 )

Contoh perhitungan:

Seorang siswa dalam kelompok belajar memperoleh skor awal (pretest) yaitu 20 skor maksimal yang harus diperoleh (misalnya skor maksimal 30). Kemudian setelah melaksanakan posttest siswa tersebut mendapatkan skor 25 maka nilai perkembangan yang disumbangkan siswa tersebut untuk kelompoknya adalah 20 (karena nilai posttesr yang diperoleh adalah 5 point diatas skor pretest).

  1. 5.      Rekognisi Tim / Penghargaan

Salah satu hal yang membangkitkan motivasi siswa adalah dengan memberikan sebuah penghargaan. Begitupun dalam kelompok, penghargaan yang diberikan dapat membuat sebuah kelompok lebih kompak dan lebih aktif lagi untuk belajar. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu (Slavin, 2008: 146). Adapun kriterianya dapat ditunjukkan dalam tabel di bwah ini.

Tabel

Kriteria Tingkat Penghargaan Kelompok

Kriteria (Rata-rata tim )

Predikat

0 ≤ x ≤ 5

5 ≤ x ≤ 15

Tim baik

15 ≤ x ≤ 25

Tim hebat

25 ≤ x ≤ 30

Tim super

Sumber: Trianto ( 2007 : 56 )

Dari tabel di atas, skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing sumbangan skor individu anggota dalam kelompok dan hasilnya dibagi sesuai dengan jumlah kelompoknya, sehingga didapat rata-rata skor perkembangan individu dalam kelompok yang disebut rata-rata kelompok/tim.

  1. 2.    Metode Jigsaw

Jigsaw II paling cocok diterapkan pada mata pelajaran ilmu – ilmu sosial, sastra, beberapa bagian sains , dan bidang study lain yang tujuan pembelajarannya lebih menekankan pada konsep daripada keterampilan. Dalam jigsaw II, siswa bekerja dalam tim – tim heterogen seperti pada STAD dan TGT. Siswa ditugasi mempelajari bab atau bahan – bahan lain untuk dibaca, dan diberikan “lembar ahli” yang berisi topik berbeda untuk anggota tiap tim. Siswa dari tim berbeda dengan topic yang sama bertemu dalam suatau “kelompok ahli”. Para ahli ini kemudian kembali kepada tim asal mereka dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang topic –topik “ keahlian mereka”. Kunci keberhasislan jigsaw adalah saling ketergantungan, yaitu setiap siswa bergantung kepada anggota timnya untuk mendapat informasi yang dibutuhkan  agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

 

Langkah – langkahnya :

a)    Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

b)    Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.

c)    Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut (kelompok pakar / expert group).

d)    Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.

e)    Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams“ para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.

Jadwal Kegiatan

1)      Membaca

Ide utama : Siswa menerima topik – topik ahli dan membaca bahan yang ditugaskan untuk mencari informasi tentang topik – topik mereka.

Bahan yang dibutuhakan : 1 lembar Ahli untuk tiap siswa, yag terdiri dari 4 topik ahli. Sebuah buku teks atau tugas membaca untuk sumber topik ahli.

            Kegiatan pertama jigsaw II membagikan bacaan dan topik – topik ahli, penugasan topik – topik pada masing – masing siswa dan kemudian membaca.

Pastikan setiap kelompok ahli memiliki pembaca berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

2)      Diskusi kelompok Ahli

Waktu : setengah waktu dari satu pertemuan kelas.

Ide Utama : siswa dengan topik ahli yang sama berdiskusi dalam sebuah kelompok.

Bahan Yang dibutuhkan :  Lembar Ahli dan bacaan untuk setiap siswa. Kerangka diskusi untuk setiap topik, sebuah kerangka untuk setiap siswa tentang topik siswa tersebut.

            Siswa dengan Topik ahli 1 berkumpul disatu meja, topik ahli 2 berkumpul disatu meja lain, begitu seterusnya. Tunjuk seorang pemimpin diskusi untuk setiap kelompok. Beri waktu 20 menit para kelompok ahli mendiskusikan topik – topik mereka. Seluruh anggota kelompok seharusnya mencatat seluruh poin yang didiskusikan. Tugas pemimpin diskusi adalah mengupayakan agar setiap orang berperan serta.

3)      Laporan Tim

Waktu : setengan watu pertemuan kelas

Ide utama : “para ahli” kembali ke tim asalnya untuk mengajarkan topik – topiknya ke teman satu timnya.

            Para ahli seharusnya diberi waktu sekita 5 menit untuk menelaah ulang segala sesuatu yang telah mereka pelajari dari bacaan dan diskusi mereka dalam kelompok – kelompok ahli. Beri penekanan kepada siswa bahwa mereka memiliki tanggungjawab kepada teman dalam satu tim mereka untuk menjadi guru yang baik dan pendengar yang baik.

4)      Test

Waktu : Setengah wakt pertemuan kelas

Ide utama : sisa diberi kuis

Bahan yang dibutuhkan : satu kopi lembar kuis untuk setiap siswa.

5)      Penghargaan TIM

Sama dengan STAD , skoring jigsaw II meliputi skot dasar, poin peningkatan, dan prosedur penskoran tim. Sertifikat, lembar berita kelas, papan bulletin, dan penghargaan lin i]untuk menghargai tim berkinerja tinggi.

 

 

 

  1. 3.    Metode G (Group Investigation)

Metode ini dirancang oleh Herbet Thelen dan diperbaiki oleh Sharn.Dalam metode ini siswa dilibatkan sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun mempelajari melalui investigasi. Dalam metode ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam komunikasi dan proses memiliki kelompok.

 Langkah – langkahnya :

a)    Seleksi topik

b)    Merencanakan kerjasama

c)    Implementasi

d)    Analisis dan sintesis

e)    Penyajian hasil akhir

f)     Evaluasi selanjutnya

  1. 4.      Metode struktural

Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan, yang menekankan pada struktur – struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola – pola interaksi siswa.

Contoh teknik pembelajaran metode struktural yaitu :

a)    Mencari Pasangan ( Make a Match )

Dikembangkan oleh Larana Curran, dimana keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Langkah – langkahnya :

  1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review ( persiapan menjelang tes atau ujian ).
  2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
  3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
  4. Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok.
  5. Para siswa mendiskusikan penyelesaian tugas secara bersama – sama.
  6. Presentasi hasil kelompok atau kuis.

b)    Bertukar Pasangan

Langkah – langkahnya :

  1. Setiap siswa mendapatkan satu pasangan ( guru bisa menunjukkan pasangannya atau siswa melakukan prosedur / teknik mencari pasangan.
  2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
  3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
  4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing – masing pasangan yang baru ini kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.
  5. Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan pada pasangan semula.

c)    Berkirim Salam dan Soal

Langkah – langkahnya :

  1. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih soal – soal yang cocok.
  2. Kemudian masing – masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya.
  3. Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.
  4. Setelah selesai jawaban masing – masing kelompok dicocokan dengan jawaban kelompok yang membuat soal.

d)    Bercerita Berpasangan

Teknik ini menggabungkankegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Langkah – langkahnya :

  1. Pengajar membagi bahan pelajaran menjadi dua bagian.
  2. Pengajar memberikan pengenalan topic yang akan dibahas dalam pelajaran.
  3. Siswa dipasangkan
  4. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua.
  5. Kemudian siswa disuruh membaca atau mendengarkan bagian mereka masing –masing
    1. Sambil membaca / mendengarkan siswa mencatat beberapa kata atau frase kunci yang ada dalam bagian masing – masing.
    2. Siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/ didengarkan berdasarkan kata kunci.
    3. Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.
    4. Pengajar membagiakan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing – masing siswa.
    5. Diskusi mengenai topik tersebut.

e)    Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stay)

Langkah – langkahnya :

  1. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berempat.
  2. Siswa bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa.
  3. Setelah selesai, dua orang dari masing – masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing – masing bertamu ke dua kelompok lain.
  4. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
  5. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
  6. Kelompok mencocokan dan membahas hasil – hasil kerja mereka.

f)     Keliling Kelompok

Langkah – langkahnya :

  1. Salah satu siswa dalam masing – masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.
  2. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
  3. Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.

g)    Kancing Gemerincing

Langkah – langkahnya :

  1. Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing – kancing atau benda kecil lainnya.
  2. Sebelum kelompok memulai tugasnya setiap siswa dalam masing – masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing ( jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan.
  3. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkan di tengah – tengah.
  4. Jika kancing yang dimiliki seseorang habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka. 

 

Tabel 2 Beberapa pendekatan pada model pembelajaran kooperatif dan perbandingannya

Pendekatan
Unsur

STAD

Jigsaw

Kelompok Penyelidikan

Pendekatan Struktur

Tujuan Kognitif

Informasi akademik sederhana

Informasi akademik sederhana

Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri

Informasi akademik sederhana

Tujuan Sosial

Kerjasama dalam kelompok

Kerjasama dalam kelompok

Kerjasama dalam kelompok kompleks

Keterampilan kelompok dan sosial

Struktur Kelompok

Kelompok heterogen dengan 4-5 orang

Kelompok heterogen dengan 5-6 orang dan menggunakan kelompok asal dan kelompok ahli

Kelompok homogen dengan 5-6 orang

Kelompok heterogen dengan 4-6 orang

Pemilihan topik

Oleh guru

Oleh guru

Oleh siswa

Oleh guru

Tugas utama

Menggunakan LKS dan saling membantu untuk menuntaskan materi

Mempelajari materi dalam kelompok ahli dan membantu kelompok asal mempelajari materi

menyelesaikan inkuiri kompleks

Mengerjakan tugas yang diberikan baik social maupun kognitif

Penilaian

Tes mingguan, jenis tes biasanya berupa kuis

Bervariasi, misal tes mingguan, jenis tes biasanya berupa kuis

Menyelesaikan proyek dan menulis laporan.

 

 

 

  1. 5.    Think – Pair – Share

Langkah – langkah :

a)    Thinking : guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik.

b)    Pairing : guru meminta peserta didik berpasang – pasangan. Member kesempatan kepada pasangan – pasangan untuk berdiskusi.

c)    Sharing : hasil diskusi intersubjektif di tiap – tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengkonstuksian pengetahuan secara integratif.

  1. 6.    Numbered Heads Together

Langkah – langkahnya :

a)    Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok kecil

b)    Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap – tiap kelompok. Pada kesempatan ini tiap – tiap kelompok menyatukan kepalanya “ Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban.

c)    Guru memanggil paserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap – tiap kelompok dan memberi kesempatan untuk menjawab.

d)    Guru mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.

 

  1. 7.    Bamboo Dancing

Langkah – langkahnya :

a)    Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru.

b)    Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar dan berpasangan.

c)    Membagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas ( diskusi ).

d)    Usai berdiskusi pasangan berubah dengan menggeser posisi mengikuti arah jarum jam sehingga tiap- tiap peserta didik mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya hingga kembali kepasangan awal.

e)    Hasil diskusi tiap – tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas

f)     Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, Tanya jawab sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.

 

  1. 8.    Point – Counter – Point

Langkah – langkahnya :

a)    Guru memberi pelajaran yang terdapat isu – isu kontroversi.

b)    Membagi peserta didik ke dalam kelompok – kelompok dan posisinya berhadap – hadapan.

c)    Tiap – tiap kelompok diberi kesempatan untuk merumuskan argumentasi – argumentasi sesuai dengan perspektif yang dikembangkannya.

d)    Setelah berdiskusi maka mereka mulai berdebat menyampaikan argumentasi sesuai pandangan yang dikembangkan kelompoknya. Kemudian minta tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain perihal isu yang sama.

e)    Buat evaluasi sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari argumentasi – argumentasi yang telah mereka munculkan.

 

  1. 9.    The Power of Two

Langkah – langkahnya :

a)    Ajukan pertanyaan yang membutuhkan pemikiran yang kritis.

b)    Minta peserta didik menjawab pertanyaan yang diterimanya secara perorangan.

c)    Minta peserta didik mencari pasangan, dan masing – masing saling menjelaskan jawabannya kemudian menyusun jawaban baru yang disepakati bersama.

d)    Membandingkan jawaban – jawaban tersebut dengan pasangan lain sehingga paserta didik dapat mengembangkan pengetahuan yang lebih integrative.

e)    Buat rumusan – rumusan rangkuman sebagai jawaban – jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan. Rumusan tersebut merupakan konstruksi atas keseluruhan pengetahuan yang telah dikembangkan selama diskusi.

 

  1. 10.     Listening Team

Langkah – langkahnya :

a)    Diawali dengan pemaparan meteri pembelajaran oleh guru.

b)    Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok dan setiap kelompok memiliki peran masing – masing, misalnya:

Kelompok 1    : kelompok penanya

Kelompok 2    : kelompok penjawab dengan perspektif tertentu

Kelompok 3      : kelompok penjawab dengan perspektif yang berbeda dari kelompok 2

Kelompok 4      : kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi.

c)    Munculkan diskusi yang aktif karena adanya perbedaan pemikiran sehingga dikusi menjadi berkualitas.

d)    Penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam diskusi.

 

  1. D.   METODE – METODE PENDUKUNG PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
    1. a.      PQ4R

      Pengalaman awal dapat dibangun melalui aktivitas membaca sehingga peserta didik akan memiliki stock knowledge. Langkah – langkahnya :

  1. P (Preview) yaitu peserta didik menemukan ide – ide pokok yang dikembangkan dalam bahan bacaan.
  2. Q (Question) yaitu peserta didik merumuskan pertanyaan – pertanyaan untuk dirinya sendiri yang diarahkan pada pembentukan pengetahuan deklaratif, structural dan pengetahuan procedural.
  3. R (Read) yaitu peserta didik membaca secara detail dari bahan bacaaan yang dipelajarinya sehingga paerta didik diarahkan mencari jawaban terhadap semua pertanyaan yang dirumuskannya.
  4. R (Reflect) yaitu peserta didik memahami apa yang dibacanya.
  5. R (Recite) yaitu peserta didik merenungkan kembali apa yang dibacanya dan mampu merumuskan konsep – konsep, menjelaskan hubungan antar konsep dan mengartikulasikan pokok – pokok penting yang telah dibacanya.
  6. R (Review) yaitu peserta didik merangkum atau merumuskan intisari dari bahan yang telah dibacanya. Peserta didik mampu merumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan – pertanyaan yang telah diajukannya.
  7. b.    Guided Note Taking

Merupakan metode catatan terbimbing yang dikembangkan agar metode ceramah yang dibawakan guru mendapat perhatian siswa. Langkah – langkahnya :

a)    Memberikan bahan ajar misalnya yang berupa handout dari materi ajar yang disampaikan dengan metode ceramah kepada peserta didik.

b)   Mengosongi sebagian poin – poin yang penting sehingga terdapat bagian – bagian yang kosong dalam handout tersebut

c)    Menjelaskan kepada peserta didik bahwa bagian yang kosong dalam handout memang sengaja dibuat agar peserta didik tetap berkonsentrasi mengikuti pelajaran.

d)   Selama ceramah berlangsung peserta didik diminta untuk mengisi bagian yang kosong tersebut.

e)    Setelah penyampaian materi selesai, minta peserta didik membacakan handoutnya.

  1. c.    Snowball Drilling

Metode ini dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari membaca bahan – bahan bacaan. Peran guru adalah mempersiapkan paket soal – soal pilihan ganda dan menggelindingkan bola salju berupa soal latihan dengan cara menunjuk atau mengundi. Langkah – langkahnya :

a)    Peserta didik di tunjuk arau diundi satu persatu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru.

b)   Jika peserta didik pertama berhasil menjawab maka paserta didik tersebut berhak menunjuk teman yang lainya untuk menjawab soal berikutnya. Tetapi jika peserta tersebut gagal manjawab pertanyaan pertama maka  dia harus menjawab pertanyaan berikutnya hingga berhasil menjawab.

c)    Diakhir pelajaran guru memberikan ulasan terhadap hal yang telah dipelajari peserta didik.

  1. d.    Concept Mapping

Langkah – langkahnya :

a)    Guru mempersiapkan potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep utama.

b)   Guru membagikan potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep utama kepada peserta didik.

c)    Memberi keempatan kepada peserta didik untuk mencoba membuat peta yang menggambarkan hubungan antar konsep. Dan membuat garis hubung serta menuliskan kata atau kalimat yang menjelaskan hubungan antar konsep.

d)   Kumpulkan hasil pekerjaan peserta didik dan bandingkan dengan konsep yang benar dan dibahas satu persatu.

e)    Ajak seluruh kelas untuk melakukan koreksi atau evaluasi dan rumukan beberapa kesimpulan terhadap materi yang dipelajari.

  1. e.    Giving Question and Getting Answer

Dilakukan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan.

Langkah – langkahnya :

a)    Bagikan 2 potongan kertas pada peserta didik, kemudian minta kepada peserta didik untuk menuliskan dikartu itu (1) kartu menjawab, (2) kartu bertanya.

b)   Ajukan pertanyaan baik dari peserta didik maupun guru tulis pada kartu bertanya.

c)    Minta kepada peserta didik untuk memberi jawab dan menuliskannya pada kartu menjawab dan serahkan pada guru.

d)   Jika sampai akhir masih ada peserta didik yang memegang 2 kartu maka minta mereka untuk membuat resume atas proes tanya jawab yang sudah berlangsung.

  1. f.     Question Student Have

Dilakukan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan bertanya. Langkah – langkahnya :

a)    Membagi kelas menjadi 4 kelompok.

b)   Bagikan kartu kosong kepada setiap peserta didik dalam setiap kelompok.

c)    Minta peserta didik menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang hal – hal yang dipelajari.

d)   Putar kartu searah jarum jam sehingga ketika setiap kartu diedarkan pada anggota kelompok, anggota tersebut harus membacanya dan memberikan tanda (v) jika pertanyaan terebut dianggap penting. Putar hingga ampai kapada pemiliknya kembali.

e)    Periksa pertanyaan mana yang memperoleh suara yang banyak dan bandingkan dengan perolehan anggota lain. Pertanyaan yang mendapat suara terbanyak menjadi milik kelompok.

f)     Setiap kelompok melaporkan pertanyaan tersebut secara tertulis dan guru memeriksa. Setelah diseleksi pertanyaan dikembalikan kepada peserta didik untuk dijawab secara mandiri maupun kelompok.

  1. g.    Talking Stick

Metode ini mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Langkah – langkahnya :

a)    Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari.

b)   Peserta didik diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi tersebut.

c)    Guru meminta kepada peserta didik untuk menutup bukunya. Kemudian guru mengambil tongkat dan diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang mendapat tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dan demikian seterusnya.

d)   Guru member keempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari dan guru member ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik dan selanjutnya bersama – sama merumuskan kesimpulan.

  1. h.   Everyone is Teacher Here

Metode ini merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan maupun individual dan member kesempatan kepada siswa untuk berperan sebagai guru bagi teman – temannya. Langkah – langkahnya :

a)    Bagikan kertas/ kartu indeks kepada seluruh peserta didik.

b)   Setiap peserta didik diminta menuliskan satu pertanyaan mengenai meteri pelajaran yang sedang dipelajari di kelas.

c)    Kumpulkan kertas dan acak kemudian bagikan kepada setiap peserta didik dan pastikan tidak ada yang mendapatkan soalnya sendiri.

d)   Minta kepada peserta didik untuk membaca pertanyaan tersebut dalam hati dan minta untuk memikirkan jawabannya.

e)    Minta kepada peserta didik untuk membaca pertanyaan tersebut dan menjawabnya.

f)     Setelah dijawab, minta kepada peserta didik lainnya untuk menambahkan jawabannya.

  1. i.    Tebak Pelajaran

Dikembangkan untuk menarik pehatian siswa selama mengikuti pembelajaran. Langkah – langkahnya :

a)    Tulislah atau tayangkan melalui LCD subject matter dari pelajaran yang akan disampaikan.

b)   Mintalah kepada siswa untuk menuliskan kata – kata kunci apa saja yang diprediksikan muncul dari materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.

c)    Sampaikan meteri pembelajaran secara interaktif.

d)   Selama proses pembelajaran siswa diminta menandai hasil prediksi mereka yang sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru.

e)    Diakhir pelajaran tanyakan berapa jumlah tebakan mereka yang benar.

 

  1. E.    TUGAS – TUGAS INTERAKTIF
  2. a.      Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa

            Beberapa aspek dari penyampaian tujuan dan memotivasi siswa tidak berbeda untuk pembelajaran kooperatif dibandingkan model-model lainnya.Guru yang berasil memulai pelajaran dengan menelaan ulang, menjelaskan tujuan mereka dengan bahasa yang mudah dipahami. Sebagai misalanya pada saat guru memperkenalkan pelajaran investigasi kelompok untuk pertama kali. Guru ingin menggunakan waktu yang cukup bersamaan siswa untuk meyakinkan langkah-langkah spesifik dan peran-peran dipahami dan jelas. Guru dapat mendiskusikan bagaimana siswa dapat mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri dan begitu juga dengan jigsaw.

 

  1. b.      Menyajikan Informasi

            Penyajian informasi dalam pembelajaran informasi menghendaki siswa untuk membaca suatu teks dan menggaris bawahi hal-hal yang dianggap penting. Maka guru yang berasil tidsk memandang tingkat usia siswa-siswa mereka atau mata pembelajaran yang diajarkan. 

  1. Mengorganisasikan dan Membantu Kelompok Belajar.

            Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar dan meminta siswa memulai menangani tugas mereka

           

 

 Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Manajemen

Lingkungan pembelajaran kooperatif mendatangkan resiko manajemen khusus bagi guru, dan lingkungan sutu pembelajaran ini memaksa guru untuk memperhatikan suatu perangkat tugas-tugas manajemen yang unik. Sebagai missal, memberikan kepada siswa bagaimana menyelesaikan suatu proyek kelompok yang kompleks jelas lebih sulit daripada menugaskan mereka menyelesaikan soal-soal pada akhir bab suatu buku siswa. Sama halnya, lebih sulit untuk mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar dan bekerja sama secara efektif daripada meminta mereka untuk meninggalkan ruang kelas untuk beristirahat atau untuk duduk dan mendengarkan guru mereka.

  1. 1.     Membantu Transisi

Seperti yang diuraikan terdahulu, proses untuk meminta siswa masuk kedalam kelompok belajar dan mulai aktif dengan pekerjaan mereka merupakan tugas yang sulit. Proses ini dapat menimbulkan masalah serius bagi guru pemula. Berikut ini adalah beberapa strategi yang dapat digunakan guru untuk menjadikan transisi berjalan lancar.

  1. Tulis langkah-langkah kunci di papan tulis atau di poster.

Petunjuk-petunjuk visual membantu kelompok besar siswa pada saat mereka pindah dari satu tempat di dalam ruang ke tempat lain.

  1. Menyatakan petunjuk dengan jelas dan mintalah dua atau tiga siswa mengulang petunjuk itu.

Meminta beberapa siswa mengulang petunjuk-petunjuk itu membantu siswa menaruh perhatian dan juga memberi guru umpan balik apakah petunjuk itu dipahami atau tidak.

  1. Menetapkan suatu tempat untuk tiap kelompok belajar dan menandai dengan jelas tempat itu.

Mempercayakan kepada siswa mencari tempat bagi kelompoknya, meskipun siswa dewasa tidak akan menghasilkan distribusipembagian ruang yang merata. Mereka akan cenderung mengelompok di daerah ruang yang paling mudah dicapai. Untuk kerja kelompok kecil yang efektif, guru seharusnya dengan jelas menandai bagian-bagian ruang untuk ditempati tiap-tiap kelompok dan meminta dengan sangat agar kelompok-kelompok menempati tempat yang telah ditetapkan.

 

 

  1. 2.     Mengelola dan Membantu Kerja Kelompok

Kegiatan-kegiatan pembelajaran kooperatif yang tidak rumit memungkinkan siswa menyelesaikan pekerjaan mereka dengan ikut campur atau bantuan minimum dari seorang guru. Untuk kegiatan-kegiatan pembelajaran kooperatif yang kompleks, guru mungkin perlu bekerja lebih dekat dengan tiap kelompok siswa, mengingatkan mereka akan tugas-tugas yang harus mereka kerjakan dan waktu yang disediakan untuk tiap langkah.

 

  1. 3.     Mengajarkan Kerjasama

Dalam kebanyakan sekolah, siswa sedikit mendapat kesempatan untuk bekerja dalam tugas-tugas bersama dan sebagai akibatnya, banyak siswa tidak mengetahui bagaimana bekerja secara kooperatif.  Untuk membantu siswa bekerjasama memerlukan perhatian terhadap jenis-jenis yang diberikan terhadap kelompok kecil.

  1. a.    Tugas yang mendorong untuk saling bergantung untuk satu sama lain

Tugas pembelajaran kooperatif dan struktur kegiatan harus lebih saling bergantung satu sama lain daripada mandiri. Sebuah contoh tugas mandiri adalah apabila guru memberikan tiap siswa suatu lembar kegiatan matematika, membagi siswa menjadi kelompok-kelompok dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka dapat saling membantu, namun kemudian meminta tiap siswa mengejakan lembar kegiatannya sendiri, yang akan dinilai secara individual. Meskipun siswa dapat saling membantu satu sama lain, mereka tidak saling bergantung dalam mengerjakan tugas itu. Pelajaran yang sama ini akan menjadi tugas saling bergantung satu sama lain, apabila guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dan meminta tiap kelompok untuk mengerjakan satu lembar kegiatan matematika seluruh nama anggota tertera pada lembar kegiatan itu.

  1. b.    Keterampilan sosial dan keterampilan kelompok

Guru hendaknya jangan mengasumsikan bahwa siswa mengusai keterampilan-keterampilan sosial atau kelompok untuk bekerja secara kooperatif. Siswa mungkin tidak mengetahui bagaimana berinteraksi satu dengan yang lain, bagaimana mengembangkan rencana kerja kooperatif, bagaimana mengkoordinasikan sumbangan-sumbangan dari berbagai anggota kelompok, atau bagaimana menilai kemajuan kelompok dalm tugas-tugas tertentu. Untuk membuat pembelajaran kooperatif bekerja, guru harus mengajarkan keterampilan-keterampilan kelompok dan sosial yang diperlukan.

1)               Keterampilan-keterampilan Sosial.

 Keterampilan sosial melibatkan perilaku yang menjadikan hubungan sosial berhasil dan memungkinkan seseorang bekerja secara efektif dengan orang lain.

Keterampilan berbagi. Banyak siswa mengalami mengalami kesulitan berbagi waktu dan bahan. Komplikasi ini dapat mendatangkan masalah pengelolaan yang serius selama pelajaran pembelajaran kooperatif. Round robin dan pair checks, adalah dua contoh pelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengerjakan keterampilan berbagi, dijelaskan seperti berikut ini.

  • Round robin, adalah suatu       kegiatan yang mengerjakan siswa bagaimana menunggu giliran pada saat bekerja dalam kelompok.
  • Pair checks, satu cara untuk membantu siswa yang suka mendominasi belajar keterampilan berbagi adalah meminta mereka bekerja berpasangan dan menerapkan susunan pengecekan berpasangan. Versi pengecekan berpasangan melibatkan delapan langkah yang direkomendasikan oleh Spencer Kagen(1993).

 

Keterampilan berperan serta. Sementara ada sejumlah siswa mendominasi kegiatan kelompok, siswa lain malah tidak mau atau tidak dapat berperan serta. Kadang-kadang siswa yang menghindari kerja kelompok karena malu. Sering kali siswa-siswa malu itu sangat pandai dan dapat bekerja sendiri dengan baik atau orang lain. Siswa yang tersisihkan adalah jenis lain siswa yang mengalami kesulitan berperan serta dalam kegiatan kelompok. Akhirnya, ada siswa tertentu yang memilih dengan alasan apapun, untuk bekerja sendiri dan menolak berperan serta dalam kegiatan-kegiatan kelompok  kooperatif. Time tokens dan high talker tap out yang diuraikan berikut ini merupakan kegiatan khusus yang mengerjakan keterampilan berperan serta.

  • Time token. Apabila seorang guru memiliki kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif di mana sejumlah kecil siswa mendominasi percakapan dan ada sejumlah kecil yang malu dan tidak pernah berbicara sama sekali, time token dapat membantu membagikan peran serta secara lebih merata.
  • High talker tap out. Adalah tidak seharusnya mendapatkan hanya sebagian kecil siswa berperan serta dalam kerja kelompok atau diskusi.

 

2)          Keterampilan-keterampilan Komunikasi.

 Adalah hal biasa bila menemukan dua-duanya baik siswa lebih muda atau siswa lebih tua (bahkan orang dewasa) yang kurang menguasai keterampilan komunikasi yang penting. Kelompok pembelajaran kooperatif tidak dapat berfungsi secara efektif apabila kerja dari kelompok itu ditandai dengan miskomunikasi. Empat keterampilan yaitu, mengulang dengan kalimat sendiri, memberikan perilaku, memberikan perasaan, dan mengecek kesan, adalah penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa untuk memudahkan komunikasi di dalam seting kelompok.

 

3)          Keterampilan-keterampilan Kelompok.

Kebanyakan orang telah mengalami bekerja dalam kelompok di mana anggota-anggota secara individu merupakan orang yang baik dan memiliki keterampilan sosial. Meskipun demikian kelompok itu secara keseluruhan tidak bekerja dengan baik. Anggota-anggota mungkin telah terpecah ke arah yang berbeda, dan konsekwensinya pekerjaan tidak pernah dapat diselesaikan.

 

Pembangunan tim. Membantu membangun identitas tim dan kesetiakawanan anggota merupakan tugas penting bagi guru yang menggunakan kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif. Kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan kelompok dan membangun identitas tim yang positif adalah interviu tim dan lukisan dinding tim.

 

4)        Mengajarkan keterampilan sosial dan kelompok.

                         Mengajarkan keterampilan sosial tertentu tidak berbeda dengan mengajarkan keterampilan isi tertentu. Bab yang lalu membahas model pembelajaran langsung, yang menghendaki guru untuk mendemonstrasikan dan memodelkan keterampilan yang akan diajarkan dan menyediakan waktu bagi siswa untuk melatih keterampilan itu dan menerima umpan balik tentang bagaimana mereka melakukan keterampilan itu. Inilah model yang seharusnya digunakan guru pada saat mengajarkan keterampilan sosial dan kelompok yang penting.

 

E. Penilaian dan Evaluasi

                              Penting untuk menggunakan strategi penilaian dan evaluasi yang konsisten tidak hanya dengan tujuan pembelajaran suatu pelajaran tertentu melainkan juga dengan model pengajaran tertentu yang sedang digunakan. Prosedur penilaian dan evaluasi berdasarkan pada asumsi bahwa guru menggunakan suatu sistem penghargaan kompetitif atau individualistik. Karena model pembelajaran kooperatif bekerja dibawah struktur penghargaan kooperatif dan karena banyak pelajaran pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mencapai pembelajaran kognitif dan sosial yang kompleks.

  1. 1.    Pengetesan dalam Pembelajaran Kooperatif

Untuk STAD dan versi Jigsaw Slavin, guru meminta siswa menjawab kuis tentang bahan pembelajaran. Dalam banyak hal, butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan suatu jenis tes obyektif  paper- and pencil, sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau segera setelah tes itu diberikan.

 

  1. 2.    Pemberian Nilai dalam Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru harus berhati-hati dengan cara menilai yang diterapakan di luar sistem penilaian mingguan yang baru diuaraikan di atas. Kosisten dengan konsep struktur penghargaan kooperatif, adalah penting bagi guru untuk menghargai hasil kelompok dua-duanya hasil akhir dan perilaku kooperatif yang menghasilkan hasil akhir itu. Tugas penilaian ganda ini dapat menyulitkan guru pada saat guru mencoba menentukan nilai individual untuk suatu hasil kelompok.

 

  1. 3.    Pengakuan terhadap Upaya Kooperatif

Suatu tugas penilaian dan evaluasi penting terakhir yang unik untuk  pembelajaran kooperatif adalah pengakuan terhadap upaya dan hasil belajar siswa. Slavin dan para pengembang di Universitas Johns Hopkins menciptakan konsep pengumuman tempel kelas mingguan untuk digunakan dalam STAD dan Jigsaw. Guru (kadang-kadang kelas itu sendiri) melaporkan dan mengumumkan hasil tim dan pembelajaran individual dalam pengumuman tempel ini.

 

  1. F.    KEUNGGULAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan – keunggulan dalam pembelajarannya, antara lain :

  1. Dengan pembelajaran kooperatif maka setiap anggota dapat saling melengkapi dan membantu dalam menyelesaikan setiap materi yang diterima sehingga setiap siswa tidak akan merasa terbebani sendiri apabila tidak dapat mengerjakan suatu tugas tertentu.
  2. Karena keberagaman anggota kelompok maka memiliki pemikiran yang berbeda – beda sehingga pemikirannya menjadi luas dan mampu melihat dari sudut pandang lain untuk melengkapi jawaban yang lain.
  3. Pembelajaran kooperatif cocok untuk menyelesaikan masalah – masalah yang membutuhkan pemikiran bersama.
  4. Dalam pembelajaran kooperatif para paserta didik dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan karena bekerja sama dengan teman – temannya.
  5. Dalam pembelajaran kooperatif memupuk rasa pertemanan dan solidaritas sehingga diantara anggotanya akan terjadi hubungan yang positif.
  6.  
  7. G.   KELEMAHAN PEMBELAAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif selain memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan – kelemahan antara lain :

  1. Dalam pembelajaran kooperatif apabila kelompoknya tidak dapat bekerjasama dengan baik dan kompak maka akan terjadi perselisihan karena adanya berbagai perbedaan yang dapat menyebabkan perselisihan.
  2. Terkadang ada anggota yang lebih mendominasi kelompok dan ada yang hanya diam, sehingga pembagian tugas tidak merata.
  3. Dalam pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama sebab harus saling berdiskusi bersama teman – teman lain untuk menyatukan pendapat dan pandangan yang dianggap benar.
  4. Karena sebagian pengetahuan didapat dari teman dan yang menerangkan teman maka terkadang agak sulit dimengerti, sebab pengetahuan terbatas.

Daftar Pustaka

 

Nur, Mohamad.(2011).Model Pembelajaran Kooperatif,edisi kedua.Surabaya: Universitas   Negri Surabaya Press.

Ibrahim dkk.(2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA UNIVERSITY PRESS.

 

Arends, Richard I.  (2001). Learning to Teach. New York : Mc Graw Hill.

 

                                                             

Tinggalkan komentar